Kamis, 19 November 2015

Tahap - Tahap Pekerjaan Onshore Gas Pipeline


Pekerjaan Onshore Gas Pipeline sudah tidak asing lagi bagi para Engineer di bidang Oil & Gas. Pekerjaan Pipeline sebenarnya bukanlah pekerjaan yang kompleks seperti Powerplant, namun yang sering menjadi masalah adalah dampak yang timbul akibat pekerjaan pipeline terhadap lingkungan sekitar ataupun bangunan existing di sekitarnya.
Urutan pekerjaan pipeline kurang lebih adalah sebagai berikut: 

1. Pipe Inspection / Inspeksi Pipa
Karena pada pekerjaan pipeline semua pipa adalah underground (ditimbun di dalam tanah), maka semua data record mengenai pipa harus lengkap dan mudah ditracking. Untuk itu perlu dilakukan inspeksi terhadap pipa itu sendiri sebelum dilakukan penanaman. Biasanya beberapa identitass dibubuhkan pada masing-masing batang pipa misalnya pipe number, heat number, dan sebagainya. Semua identitas tersebut harus direcord dengan baik supaya mudah ditracking jika ada ada perbaikan atau maintenance. 

2. Clearing, Grading, & Pre Construction Survey
Phase paling awal dari pekerjaan konstruksi gas pipeline adalah cleearing & grading. Metode clearing & grading ini tergantung dengan kondisi existing dari lokasi yang akan dikerjakan. Pekerjaan di lahan kosong jauh lebih mudah daripada pekerjaan di area perkotaan dimana sudah banyak bangunan existing yang harus didemolish sebelum lahan dapat diratakan. Maksud dari clearing adalah membersihkan lahan yang menjadi jalur pipa dari semua obtstacle yang menghalangi proses konstruksi & instalasi pipa, baik berupa pohon, pagar, saluran, dll. Sedangkan grading adalah meratakan lahan yang sudah diclearing sehingga dapat dilakukan pengukuran (survey) untuk menentukan titik as jalur pipa sesuai dengan desain alignment sheet. Setelah semua lahan diratakan,, tim survey akan meletakkan patok setiap jarak tertentu untuk memberikan tanda lokasi jalur pipa. 3. Pipe Transporting / Pengiriman Pipa
Setelah lahan disiapkan pipa dapat dikirim dan diletakkan di lokasi. Pipa harus diletakkan beberapa meter dari as jalur pipa untuk keperluan galian pipa nantinya. Dalam proses pengiriman pipa harus diperhitungkan safety factor muatan yang mampu diangkut trailer. Selain itu biasanya armada yang diperbolehkan untuk dipergunakan untuk pekerjaan Migas harus sudah diinspeksi oleh pihak ketiga yang bersertifikat Migas. 

4. Hauling & Stringing
Pipa yang sampai dilokasi tidak boleh diletakkan disembarang tempat, Pipa harus diletakkan paralel dengan as jalur pipa yang telah diberi patok oleh tim survey. Pipa tidak boleh diletakkan langsung di atas tanah, namun harus diberi bantalan kayu atau sandbag hal ini supaya pada saat pemindahan pipa coating tidak lecet/rusak. Pada saat sudah di stringing QC inspector akan memberikan code pada setiap pipa, dikenal dengan istilah pipe tagging. Dari semua code itu nantinya QC akan mengumpulkan semua catatan/data riwayat pipa tersebut dari mulai welding, inspection & testing, sampai dengan di backfilling. Proses stringing sangat tergantung dengan kondisi lokasi, apabila lokasi cukup luas dan memungkinkan pipa di stringing panjang misal bahu jalan tol, maka metode ini dapat dilakukan. Namun jika lokasi terbatas mau tidak mau kita hanya dapat melakukan stringing segmen per segmen misal setiap 3 joint (4 batang pipa). 

5. Welding
Proses setelah pipa di stringing adalah welding. Proses welding pipa harus diassist/dibantu oleh minimal 1 alat berat. Dapat digunakan alat Excavator (yang sudah diinspeksi oleh Migas) untuk menahan/menggantung pipa supaya sejajar dengan pipa yang akan disambung. Pada saat pipa sudah sejajar dan sudah menempel, maka dipasang clamp untuk menahan supaya kedua pipa tersebut saling terkunci satu sama lain, barulah dilakukan tack weld. Setelah di tack weld dan diyakinkan ikatan antar pipa cukup kencang clamp dapat dilepas, dan dilanjutkan untuk welding. Untuk pipa gas ada 3 tahapan welding, yaitu root & hotpass, filler, dan cap. Biasanya pipa dengan diameter diatas 10" biasanya dikerjakan oleh 2 welder sekaligus untuk mempercepat proses pekerjaan. Inspeksi secara visual oleh QC akan dilakukan setelah pekerjaan welding selesai 3 tahap sampai dengan end cap. Jika ada hasil yang tidak sesuai dengan WPS secara visual harus dilakukan repair. 

6. NDT Test 
NDT test dilakukan untuk mendeteksi cacat pada saat pengelasan yang tidak tampak secara visual. NDT dapat dilakukan dengan cara menembakan sinar X ataupun sinar Gamma. Dari hasil pembacaan film NDT akan diketahui koordinat kuadaran dari cacat pada hasil pengelasan. Jika cacat tersebut sudah direpair harus di NDT ulang, jika sudah lolos baru boleh dilanjutkan. Jika sampai 3 kali welder yang bersangkutan tidak mampu memenuhi kualifikasi lolos, maka harus diserahkan kepada welder spesialis dengan tingkat repair yang paling mendekati 0%. 

7. Field Joint Coating
Setelah semua proses inspesksi pengelasan selesai dilaksanakan tahap berikutnya adalah Field Joint Coating. Dewasa ini pada pekerjaan Onshore Gas Pipeline di Indonesia umunya menggunakan Heat Shrink Sleeve (HSS) Coating. Untuk dapat mengaplikasi kan coating pada permukaan pipa, harus dilakukan sandblasting terlebih dahulu, tujuannya adalah supaya diperoleh angka kekasaran tertentu pada pipa sehingga coating dapat melekat secara optimal. Aplikasi HSS adalah joint pipa yang sudah di sandblast dilapisi dengan Epoxy sebagai lem perekat. Setelah epoxy sudah merata joint pipa dibungkus dengan wrapping HSS bisa menggunakan 3LPE, 3LPP, dan sejenisnya. Kemudian joint pipa yang sudah terbungkus wrapping dipanasi dan ditekan menggunakan alat semacam roll sehingga wrapping dapat melekat dengan pipa. Proses ini dapat memakan waktu 15-30 menit untuk satu joint pipa. joint yang sudah diCoating sebaiknya didiamkan kurang lebih 6-12 jam sampai dengan dingin baru boleh di geser-geser. Karena pada coating yang masih panas mudah terjadi lecet/gores. Untuk melakukan pengecekan pada coating biasanya dilakukan peel test. 

8. Peel Test 
Peel test merupakan test yang dilakukan untuk mengetahui kerekatan dua buah material yang direkatkan menggunakan lem/perekat terutama pada logam. 

9. Trenching
Penggalian adalah salah satu tahap tersulit pada pekerjaan pipa, terutama di lokasi pemukiman/perkantoran padat. Pada saat penggalian dengan alat harus dipastikan dulu apa saja utilitas yang berada di bawah. Untuk itu diperlukan test pit. Meskipun semua utilitas sudah diketahui pada saat test pit namun dalam penggalian harus tetap berhati-hati. Galian diusahakan membentuk slope yang landai sehingga tidak terjadi longsor pada galian, namun pada lokasi yang sempit galian dapat dibuat tegak namun dinding galian harus diberi perkuatan. Dalam standar penanaman pipa, kedalaman galian untuk pipa gas yang disyaratkan umumnya adalah minimum 1,5 meter. Pada lokasi-lokasi tertentu akan ditemui bangunan existing (misal jalan, saluran, pagar) yang berdiri di atas pipeline route. Jika sudah tidak dimungkinkan re-route maka satu-satunya jalan adalah metode open cut yaitu yita singkirkan bangunan existing namun kemudian kita reinstatement (perbaiki lagi). Seringkali pada pekerjaan pipa ditemui crossing dengan jalan raya. Jika masih memungkinkan kita lakukan open cut untuk kemudian kita reinstatement, namun jika lalu lintas sama sekali tidak dapat diganggu harus dilakukan boring/HDD. Pembahasan mengenai boring dan HDD akan dibahas lain waktu. 

10. Lowering & As Built Survey
Setelah trenching atau penggalian selesai dilaksanakan tahap berikutnya ialah Lowering atau menurunkan pipa. Untuk Lowering di lokasi yang terbuka dapat digunakan excavator. Untuk mempercepat konstruksi biasanya pipa dijoint/disambung sampai panjang tertentu kemudian diturunkan dengan 4-5 excavator secara bersamaan. Tentu metode ini harus berdasarkan hasil analisis stress pada pipa dan kekuatan angkat excavator. Pada saat di angkat dan diturunkan pipa tidak boleh stress (pipa bisa stress juga) atau tegangannya melebihi tegangan izin. Disamping dengan excavator dapat juga digunakan gawangan atau lifting gate yang dirangkai dengan chainblock/chainhoist. Tentu saja kapasitas chainblock yang digunakan harus menyesuaikan berat pipa yang diturunkan, dan jarak antar gawangan harus berdasarkan analisis stress pada pipa.
Selain kedua metode normal lowering tersebut, dapat juga digunakan metode pushpull pada lokasi galian yang sempit dan rawan longsor. Metode pushpull adalah metode dimana pipa akan didorong dan disliding menuju ke lokasi galian yang sudah digenangi air, sehingga pipa akan terapung sampai dengan panjang tertentu kemudian diturunkan dengan mendrainage air. Pada beberapa pipa harus dibantu dengan memberikan pelampung misal drum kosong di ujung pipa supaya memberikan gaya angkat supaya terapung. Alat yang dibutuhkan pada metode ini adalah excavator dan roller sebagai bantalan pipa pada saat disliding. Tentunya pada saat sliding harus hati-hati karena jika proses sliding ini tidak mulus bisa memberikan scratch (luka) pada coating pipa. Setelah semua pipa diturunkan pada posisinya, tim survey akan melakukan marking pada as pipa sehingga diketahui koordinatnya sebagai data as built. Gunanya jika dikemudian hari ada repair atau ada pemasangan pipa lain di sampingnya koordinat pipa existing dapat diketahui secara akurat. 

11. Backfilling & Tie In
Setelah semua pipa diturunkan dan survey sudah mendapatkan koordinat as pipa, maka segera dilakukan backfilling/penimbunan. Material timbunan bisa digunakan tanah asli atau tanah dari luar tergantung ketersediaan dan permintaan owner. Jika lokasi yang ditimbun adalah jalan, harus dilakukan pemadatan untuk menghindari terjadinya kerusakan pada struktur perkerasan nantinya apabila dilintasi beban berat. Pada prosesnya tidak mungkin semua rangkaian pipa diturunkan bersamaan, harus segmen per segmen sehingga akan ada joint yang belum tersambung ketika sudah di lowering. Maka joint tersebut harus disambung atau istilahhnya "tie in". Pada saat proses tie in dinding galian harus diberi perkuatan (temporary slope protection). Perlakuan tie in sama dengan joint biasa, harus dilakukan inspeksi dan coating. 

12. Reinstatement Semua bangunan existing ataupun galian tanah yang berubah pada saat konstruksi pipeline harus dikembalikan lagi sama seperti kondisi semula. Baik itu berupa jalan, saluran, atau pagar yang dibongkar semua harus dikembalikan seperti sedia kala. Semua spesifikasi harus sesuai dengan yang disyaratkan oleh pemilik fasilitas. Mengingat biaya reinstatement ini cukup besar, biasanya pada saat pemilihan jalur pipa, dipilih lokasi yang seminimal mungkin ada potensi reinstatement.